JOGJAEKSPRES.COM – Sejak berkembangnya teknologi digital kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI) banyak digunakan dalam berbagai sistem informasi, menuai pro kontra di kalangan para ahli.
Seperti baru-baru ini, AI dalam bentuk ChatGP menjadi populer di kalangan Mahasiswa karena kemampuannya yang dapat dengan cepat mengumpulkan informasi.
Dosen Ilmu Komunikasi, Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Syaifa Tania menegaskan, bahwa AI sekarang justru sudah menjadi bagian dari hidup kita.
Baca Juga: UGM Berbagi Pengalaman Kelola Sampah Organik ke Masyarakat
“AI kalau dibayangkan dulu itu jauh dengan sekarang. Dulu kita bayangkan AI sangat canggih sehingga tidak semua orang bisa menggunakannya. Tapi sekarang AI sudah menjadi bagian dari hidup kita,” katanya, Minggu, 27 Agustus 2023.
Walaupun, sambung Tania tentunya disamping kapabilitasnya, ada berbagai tantangan yang muncul.
Menurut Tania, dalam perkembangannya, AI saat ini digadang-gadang untuk menggantikan 375 jenis lapangan pekerjaan.
Baca Juga: Rektor UGM Apresiasi Inisiasi PBNU Menggagas Forum Dialog Antaragama
“Kondisi ini tentu menuntut upaya besar untuk mengembangkan keterampilan pekerja agar lapangan pekerjaan bagi mereka tetap tersedia,” katanya.
Tania mencontohkan penerapan AI di industri komunikasi adalah iklan. Saat ini AI digunakan untuk mengakses konten media.
“Ini menjadi salah satu contoh yang familiar kita temui. Ketika kita membuka suatu website, bisa jadi iklan yang saya terima dengan yang anda terima itu berbeda walaupun websitenya sama,” jelasnya.
Baca Juga: Dosen dan Mahasiswa DPP UGM Kunjungi DPC PDIP Kota Yogyakarta, Diskusi Tentang Apa?
Automatisasi AI untuk memenuhi kebutuhan individu secara khusus inilah, menurut Tania yang membuat AI banyak dipakai dalam industri.
Ditambahkannya, saat ini terdapat empat hal utama yang menjadi tantangan berkembangnya AI. Pertama adalah proteksi konsumen terhadap produk dan layanan yang digunakannya.
“Kedua adalah misinformasi, kita sudah sangat sering mendengar hoax. Lalu news diversitu, yaitu personalisasi berita yang memungkinkan institusi berita dan audiens sama-sama meraih keuntungan,” katanya.
Baca Juga: Kembali, Ruas Jalan di Wunut Imogiri Ambles, Pemkab Bantul Undang Pakar UGM
Yang terakhir adalah online targeting dan community standard. Layanan AI yang cenderung melakukan personalisasi informasi ini menyebabkan individu terpapar banyaknya informasi sejenis.
“Sehingga muncul hambatan untuk mendapatkan informasi yang berbeda. Ini juga menjadi salah satu alasan kenapa hoax saat ini sangat mudah tersebar,” pungkasnya. (*)