JOGJAEKSPRES.COM – Hari-hari awal aktivitas kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) usai liburan panjang Idul Fitri, banyak diisi dengan acara syawalan. Seperti halnya kampus Universitas Widya Mataram (UWM) yang melaksanakan acara tersebut di hari Kamis (26/4) yang bertempat di Pendopo Agung Kampus Terpadu UWM, Banyuraden, Gamping, Sleman, dengan tema “Spirit Idul Fitri untuk Harmoni Membangun Kemajuan Institusi”.
Acara ini selain dihadiri Rektor UWM Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec. beserta ibu, dan para wakil rektor, dekan, wakil dekan, kaprodi serta pejabat struktural lainnya, juga dihadiri pula Yayasan Mataram yang diwakili oleh Dr. Inge Gunawan, Lurah Banyuraden Sudarisman, S.T. beserta ibu, serta pengisi tausyiah Ustadz Drs. Imam Mujiono, M.Ag., yang juga merupakan dosen Universitas Islam Indonesia (UII).
Rektor UWM dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini terjadi peningkatan Covid 19 varian baru yang ditandai dengan gejala mata merah, maka dari itu kita semua harus waspada.
Lebih lanjut, mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) ini menyampaikan bahwa syawalan kali ini adalah syawalan pertama di Kampus Terpadu UWM.
“Syawalan merupakan tradisi, substansinya adalah bermaaf-maafan,” tambahnya.
“Dengan spirit baru, semangat baru kita bangun UWM, kita rubah mindset supaya UWM menjadi kampus yang maju. Di Indonesia terdapat lebih dari 4500 perguruan tinggi, maka kita harus bersaing secara kualitatif dan kuantitatif,” ucap Prof Edy.
Ia menambahkan, secara kualitatif, UWM harus bersaing dari segi mutu yaitu akreditasi. Akreditasi saat ini telah beralih dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) ke Lembaga Akreditasi Mandiri.
“Secara kuantitatif, UWM harus menambah prodi baru. Saat ini telah disiapkan 10 prodi baru yang akan segera dibuka dalam waktu dekat. Semua harus menjadi pemasar, memperkenalkan UWM kepada masyarakat supaya target jumlah mahasiswa baru tercapai. Pemasaran via media sosial dapat dilakukan, tetapi medsos adalah tools, jadi yang harus dicapai adalah bagaimana nantinya banyak yang kuliah di UWM,” ujar Prof Edy.
“Semua harus meninggalkan legacy, sehingga ketika nantinya tidak menjabat lagi, akan dikenang,” pungkasnya.
Ustadz Imam Mujiono dalam tausyiahnya menyampaikan bahwa syawalan merupakan event seremonial dan bukan ritual, jadi tidak ada syarat rukunnya.
“Intinya adalah bagaimana menahan amarah. Marah ada yang positif dan negatif, jika marahnya positif maka marah tersebut adalah ajakan untuk maju karena dengan visi yang panjang terkadang marah diperlukan di saat yang tepat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Pensiunan Universitas Islam Indonesia (UII) ini mengemukakan bahwa komunikasi merupakan kunci bagi organisasi untuk maju. “Jika memiliki impian kemudian dipikirkan, maka akan menjadi kenyataan,” ujarnya.
“Bagi para dosen dan tenaga kependidikan, tugas yang dilaksanakan yaitu sesuai dengan amanah UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa berupa mengajar dan membantu mahasiswa untuk maju akan menjadi amal jariyah yang pahalanya akan mengalir terus sampai hari akhir,” tegasnya.
“Tugas kita adalah membangun mindset mahasiswa agar positif. Hal ini dapat dibentuk dengan belajar, dengan menambah knowledge, serta melalui pengalaman hidup, yang nantinya menjadi believe dan pada akhirnya menjadi mindset,” kata Imam.
“Kampus akan menjadi besar, jika kegiatan mahasiswa didukung dengan fasilitas, terutama adanya dukungan dana untuk kegiatan,” tambah Imam.
Selain itu, juga terdapat stand makanan dan minuman khas Indonesia yang menyajikan berbagai hidangan lezat seperti lontong opor, soto, jajanan pasar, dan wedang jahe. Tamu undangan dan civitas UWM pun dapat menikmati hidangan tersebut sambil berbincang-bincang dan bersilaturahmi.
Acara Syawalan ini diharapkan dapat menjadi momen yang berkesan bagi civitas UWM dan dapat terus terjalin tali silaturahmi yang kuat. (rls)