JOGJAEKSPRES.COM – Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta kolaborasi dengan Kalurahan Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kulonprogo mengadakan sosialisasi Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024.
Kegiatan dalam rangka pengabdian masyarakat para dosen Prodi Sosiologi UWM itu, diikuti para pemilih pemula di 12 dukuh, dilaksanakan di Balai Kalurahan Tuksono, Minggu (30/7/2023).
Sosialisasi pemilu dibuka oleh Lurah Tuksono Zainuri dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Dr. AS Martadani, MA. Sebagai pembicara Ketua Prodi Sosiologi Paharizal, MA; Puji Qomariyah, MA; Dwi Astuti,MA, Dr. Mukhijab, MA.
Para peserta sebanyak 35 pemilih pemula, sebagian besar kaum Hawa yang mejadi peserta sosialisasi. Mereka antusias mengikuti sosialisasi. Sebagai pemilih pemula, seorang peserta bertanya, “Pak, bagaimana cara mencoblos?”.
Dr. Mukhijab menjelaskan, sebutan Pemilu Serentak 2024 berkaitan dengan pelaksanaan serempak pemilihan DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR Pusat, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Pesiden, serta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Jadwal Pemilu calon DPR dan Presiden-Wakil Presiden pada Rabu, 14 Februari 2024 dan Pilkada Rabu, 27 November 2024.
Pemilu 2019 dan sebelumnya, pemilihan legislatif, presiden-wakil presiden, dan pilkada dilaksanakan secara terpisah. Pemilihan secara parsial itu menjadikan pemilihan lebih sederhana.
Pemilih hanya memilih anggota DPR pada pemilu legislatif. Kemudian memilih calon presiden-wakil presiden pada waktu yang djadwalkan.
Dalam pemilu serentak, seorang pemilih akan memegang lima kartu, meliputi kartu pemilih anggota DPRD Kabupaten/kota (tanda warna biru), DPRD Provinsi (warna hijau), DPR RI (warna kuning), DPD (warna merah), Presiden-wakil presiden (warna abu-abu).
Jumlah kartu yang berbeda-beda dan nama-nama calon legislatif dalam jumlah banyak bisa menyulitkan dan membingungkan pemilih, terutama pemilih lansia dan sebagian pemilih pemula.
Lurah Tuksono, Zainuri menyampaikan, sosialisasi Pemilu Serentak 2024 sangat strategis bagi kalurahannya karena target pemilih 100 persen. Agar tercapai, lurah minta Panitia Pemungutan Suara (PPS) kalurahan setempat menegur kepala dusun yang tidak mengirimkan perwakilannya ke acara sosialisasi.
As Martadani menyatakan, sosialisasi pemilu bagian strategi menyaring informasi sampah pada media sosial. Para pemilih pemula sebagai pengguna media sosial, mendapat informasi pemilu dari media tersebut. Informasi yang mereka unduh dan baca, sebagiannya berupa informasi sampah alias hoax.
“Sosialisasi pemilu secara tatap muka ini diharapkan bisa membersihkan informasi sampah dari media sosial,” kata Martadani.
Dwi Astuti menjelaskan, jumlah pemilih sementara 205.853.518 pemilih, sebagian dari dari mereka para pemilih pemula. Alasan mereka perlu mendapat sosialisasi pemilu, karena pemilih pemula sangat menentukan kualitas hasil pemilu.
Mereka perlu mendapat bagaimana menentukan wakil mereka yang mendekati ideal menjadi anggota legislatif, presiden-wakil presiden, dan kepala daerah.
Puji Qomariyah menjelaskan, para pemilih pemula perlu peduli dengan persoalan-persoalan pemilu, mengikuti perkembangan pemilu, dan mengenali calon-calon anggota legislatif (DPR dan DPD), calon presiden-wakil presiden, dan calon kepala daerah. (fan)