Sabtu, Juli 27, 2024
BerandaJogjakartaRoadshow Sosialisasi Zero Sampah Anorganik se-Kemantren Gondomanan

Roadshow Sosialisasi Zero Sampah Anorganik se-Kemantren Gondomanan

JOGJAEKSPRES.COM – Mengingat pentingnya permasalahan penanganan sampah di Kota Yogyakarta, maka dalam sepekan lalu Kelurahan Ngupasan menggelar roadshow “Sosialisasi Gerakan Zero Sampah Anorganik di Tahun 2023” yang diadakan secara berturut-turut dimulai dari Kampung Ngupasan, Kampung Ketandan, Kampung Ratmakan, Kampung Kauman dan puncaknya terakhir pada Rabu (21/12/2022) digelar di aula Kantor Kelurahan Ngupasan.

Disetiap kesempatan acara sosialisasi tersebut dihadiri oleh pengurus kampung, Ketua RT dan RW, pengurus PKK dan Karang Taruna.

Dalam sambutannya, Lurah Ngupasan, Didik Agus Mursihanta menyampaikan bahwa seiring dengan adanya intruksi melalui Surat Edaran (SE) No. 660/6123/SE/2022 tentang “Gerakan Zero Sampah Anorganik di Tahun 2023 mendatang, maka diharapkan mulai saat ini warga masyarakat harus bersiap diri untuk belajar mengubah pola pikir dalam penanganan sampah yakni dengan menerapkan prinsip “3 R”.

“Yakni reduce (mengurangi), recycle (mendaur ulang) dan reused (memakai kembali) khususnya sampah anorganik di wilayah rumah tangganya masing-masing,” ujarnya.

Dalam kesempatan roadshow sosialisasi gerakan zero sampah anorganik, Mantri Pamong Praja Kemantren Gondomanan, Subarjilan yang juga sekaligus menjadi narasumber, mengenalkan dan menjelaskan tentang tiga klasifikasi atau jenis sampah yakni, sampah organik, sampah anorganik, sampah residu dan sampah B3.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa definisi sampah organik secara umum adalah segala sisa bahan yang berasal dari makhluk hidup dan mudah terurai seperti, sisa makanan nabati dan hewani. Adapun cara pengolahan sampah organik tergolong sangat mudah yakni mulai dari pemanfaatan sebagai pakan ternak, pengolahan “Losida” (lodhong sisa dapur) dengan media plastik bekas yang ditanam di tanah hingga menjadikan sampah organik tersebut sebagai pupuk kompos dan biogas yang memiliki nilai ekonomis.

“Sedangkan sampah anorganik secara umum didefinisikan sebagai sisa bahan yang berasal dari buatan manusia (produk pabrik), yakni seperti, botol plastik, produk berbahan kain, kulit dan karet, hingga berbahan logam,” katanya.

Untuk pengolahan sampah anorganik tersebut, dapat dilakukan dengan cara mendaur ulang dan memanfaatkannya kembali, sebagai contoh, ban bekas dan drum minyak yang di desain ulang menjadi produk sofa/kursi, botol plastik bekas yang dihias menjadi pot tanaman, lampu dan masih banyak lagi contoh produk daur ulang sampah anorganik yang memiliki nilai jual dan dapat menjadi tambahan penghasilan bagi warga.

Terakhir sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), adalah sisa bahan yang sumbernya berasal dari produk pabrik seperti, pekakas elektronik (TV, batrai), alat kecantikan (hairspray), alat pertukangan (piloks).

“Khusus untuk sampah B3 tersebut, maka warga juga dihimbau untuk menyendirikan dan membuangnya ke tempat khusus bernama “dropbox” yang disediakan di TPS/Depo yang disediakan oleh DLH Kota Yogyakarta,” katanya.

Ditambahkan Subarjilan, sosialisasi gerakan zero sampah anorganik sebenarnya dilakukan di seluruh kampung di Kemantren Gondomanan.

“Secara keseluruhan ada 7 kampung. Rinciannya Kel Prawirodirjan 3 Kampung dan Ngupasan 4 Kampung,” tambahnya.

Sebagai puncak sosialisasi gerakan sampah anorganik di tahun 2023 pada Rabu lalu (21/12/2022), berkesempatan hadir langsung dan sebagai narasumber yakni Kabid Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan DLH Kota Yogyakarta Feri Tri Jatmiko di aula Kantor Kelurahan Ngupasan.

Dalam paparan materinya Feri menjelaskan tentang pentingnya membangun kesadaran dan kepedulian warga masyarkat untuk menangani dan mengelola samapah anorganik secara mandiri di wilayahnya masing-masing.

Lebih lanjut dijelaskan, langkah awal yang bisa dilakukan oleh warga yakni dengan membentuk pengurus/komunitas “Bank Sampah” di setiap RW masing-masing atau di tingkat kampung (gabungan beberapa kampung) dengan pola manjemen yang dispakati.

“Diharapkan dengan membentuk dan mengaktifkan komunitas bank sampah di wilayah masing-masing tersebut, maka perlahan permasalahan penanganan sampah organik, anorganik dan B3 tersebut dapat berkurang dan terkendali dari sisi volumenya, sehingga kedepan pemerintah dan masyarakat mampu dan mandiri dalam penanganan sampah yang lebih baik,” katanya. (rls/bra)

Berita terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

TERPOPULER

KOMENTAR TERBARU