Senin, Mei 19, 2025
BerandaJogjakartaPengangguran Terus Meningkat, Rektor UGM Nilai Grand Design Pendidikan Indonesia Gagal

Pengangguran Terus Meningkat, Rektor UGM Nilai Grand Design Pendidikan Indonesia Gagal

JOGJAEKSPRES.COM – Tingginya angka pengangguran yang terus meningkat, pengangguran itu didominasi oleh Generasi Z (usia 21-28 tahun), mencapai hampir enam juta orang, sebagian besar berasal dari lulusan SMA dan SMK.

Hal itu menurut Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ova Emilia mengatakan, sistem pendidikan Indonesia saat ini mengalami kegagalan dalam perencanaan besar atau grand design.

“Kalau saya melihat ini adalah kegagalan grand design. Waktu kita bicara dengan rektor-rektor di European Country, mereka punya skenario bahwa (suatu) negara dengan manusia sekian, kita butuh orang misalnya kompetensi SMK, sarjana, master sekian. Jadi ada peta kebutuhan sumber daya manusianya (SDM),” ujarnya dalam siniar Menjadi Indonesia ditayangkan melalui kanal Youtube NU Online, diakses pada Jumat (2/5/2025).

Ia mengatakan, Indonesia belum memiliki peta SDM yang rinci dan akurat, sehingga menyebabkan angka pengangguran terus meningkat setiap tahun.

“Negeri (Indonesia) ini tidak ada peta yang seperti itu. Solving the problem. Karena problem (pengangguran) itu adalah di desain,” ungkapnya.

Prof Ova mengungkap, bahwa pengangguran tidak hanya terjadi pada lulusan SMK dan SMA, tetapi juga pada lulusan diploma, sarjana, bahkan pascasarjana.

Menurutnya, hal ini terjadi karena tidak adanya perencanaan nasional yang memetakan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jenjang pendidikan dan kompetensi.

“Misalnya (kebutuhan) dokter, enough-nya tuh berapa sih? Jangan cuman ngomong sebanyak-banyaknya karena overproduction juga tidak baik,” katanya.

Ia mencontoh Singapura yang memiliki peta SDM sangat terperinci untuk setiap profesi.

“Dokter itu setiap tahun yang akan pensiun, meninggal misalnya berapa? Jadi setiap tahun harus merekrut berapa? Itu jelas,” ujar Guru Besar Ilmu Pendidikan Kedokteran UGM itu.

Prof Ova menyampaikan sistem rekrutmen kerja di Indonesia masih mengandalkan ijazah sebagai tolok ukur, bukan kompetensi. Hal ini membuat banyak lulusan tidak terserap secara optimal di dunia kerja.

Ia menegaskan pentingnya orientasi pada employability atau kemampuan seseorang untuk diserap oleh pasar kerja, sebagai salah satu indikator keberhasilan pendidikan. (*)

Berita terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

TERPOPULER

KOMENTAR TERBARU