JOGJAEKSPRES.COM – Panitia Festival Purbakala menyelenggarakan sarasehan yang bertema Merujuk Kepemimpinan Sultan Agung, kegiatan sarasehan berlangsung di Pendopo Kalurahan Pleret , Bantul pada Jumat (28/6/2024).
Dalam Key Note Speakernya Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang dibacakan oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wil X yakni Manggar Sari Ayuati, mengemukakan bahwa banyak hal yang dapat diambil pelajaran penting dari sosok Sultan Agung yang memimpin Mataram.
Namun demikian, terdapat tiga hal yang dapat dirangkum dari keteladan kepemimpinan Sultan Agung, yaitu kedaulatan, identitas, dan pengetahuan.
Tentang kedaulatan, tidak mengherankan jika sering kita temui dan dengar slogan heroik “NKRI harga mati”.
Selama kepemimpinan Sultan Agung, penegakan kedaulatan dibuktikan melalui perlawanan yang gigih terhadap VOC untuk menjaga integritas dan martabat kerajaan.
Tidak hanya kedaulatan politik, tetapi juga ekonomi dengan kebijakannya memajukan pertanian, sehingga stabilitas pangan terjaga di tengah gempuran politik monopoli VOC.
“Dari keteladanan itu, kita semestinya menyadari bahwa semangat penegakan kedaulatan sejatinya merupakan “DNA” yang terwariskan sebagai bagian dari karakter bangsa untuk dijaga dan dipertahankan,” ujarnya.
“Pada masa sekarang, jika kita mengenal riset dan inovasi sebagai tolok ukur kemajuan ilmu pengetahuan, sudah dilakukan pula selama kepemimpinan Sultan Agung,” imbuhnya.
“Contohnya adalah sistem pertanggalan yang didasarkan pada siklus peredaran matahari diubah menjadi sistem pertanggalan berdasarkan siklus peredaran bulan. Demikian pula dengan prestasi sebagai penghasil beras terbesar,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Sri Margana, Sejarahwan dari UGM juga memngemukakan bagaimana strategi Sultan Agung untuk memajukan Mataram dalam berbagai bentuknya.
“Salah satunya ketika Sultan Agung melakukan penguatan Mataram melalui politk perkawinan dengan penguasa wilayah Surabaya Pangeran Pekik, dan masih banyak fakta fakta yang sarat nilai nilai strategis dalam memimpin Mataram,” katanya.
Sedangkan, Prof Inarjati D dari UGM juga mengungkapkan bagaimana sosok Sultan Agung membangun Mataram, sehingga banyak memiliki tempat tempat bersejarah yang saat ini masih bisa di temui.
Dalam kesempatan tersebut Sigit Sugito salah seorang pengamat budaya juga mengemukakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan hari Purbakala yang ke 111.
“Tidak hanya sarasehan kami juga melakukan kegiatan BPK X mengajar dengan mengunjungi situs Candi Gedongsongo bersama para genenrasi muda serta melakukan pemutaran film bagi masyarakat terkait situs dan peninggalan Purbakala, dan dilakukan di Kalurahan Pleret Bantul,” tuturnya.
Sarasehan berlangsung cukup apik dihadiri tidak kurang 50 an peserta yang antusias untuk melihat sosok Sultan Agung. (dwi)